Analisis Laporan Keuangan PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) Q2
2014
Tahunan
Perusahaan mencetak
kenaikan penjualan
sebesar 13%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 12% sehingga laba kotor meningkat sebesar 15%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih
dan pendapatan-beban lain meningkat sebesar 49% sehingga menimbulkan rugi sebelum pajak berbanding laba
sebelum pajak pada periode sebelumnya. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi
bersih berbanding laba bersih pada periode sebelumnya. Perusahaan mengalami
kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode
sebelumnya. Perusahaan juga memperoleh keuntungan dari penghapusan hutang bunga
yang signifikan pada periode ini. Jika kerugian dan keuntungan tersebut
dikeluarkan dari perhitungan laba rugi (tanpa memperhatikan faktor pajak
penghasilan), maka perusahaan akan mendulang laba bersih yang turun sebesar
39%.
Rasio
GPM mengalami peningkatan sedikit
menjadi 22,41%
dari 22,04%.
Saldo
aset tetap bertambah
sebesar 9%. Dengan adanya penambahan ini diharapkan dapat menopang pendapatan
jangka panjang perusahaan.
Hutang
finansial mengalami kenaikan sebesar 5%. Beban keuangan bertambah sebesar 37%.
Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba
bersih.
Hutang
perusahaan cukup tinggi. Jika dibandingkan antara hutang finansial dengan
jumlah ekuitas, maka rasionya adalah sebesar 275% berbanding 315% pada periode
sebelumnya.
Pengeluaran
kas untuk investasi menyusut sebesar 22%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset
tidak lancar, pengeluaran tersebut setara dengan 6% berbanding 9% pada periode
sebelumnya.
Arus
kas bersih operasi sangat solid dan jauh lebih besar daripada laba bersihnya. Perusahaan
terlihat masih cukup mampu untuk melunasi hutang-hutangnya yang telah jatuh
tempo maupun mendanai pengeluaran investasi dari arus kas operasinya.
Kuartalan
Perusahaan mencetak
penurunan penjualan
sebesar 3%. Di sisi beban pokok, beban berkurang sebesar 4% sehingga laba kotor meningkat sebesar 1%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih
dan pendapatan-beban lain meningkat signifikan menghasilkan beban neto
berbanding pendapatan neto pada periode sebelumnya sehingga perusahaan
mengalami rugi sebelum pajak berbanding laba sebelum pajak pada periode
sebelumnya. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih berbanding laba
bersih pada periode sebelumnya. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang
signifikan pada periode ini dan memperoleh keuntungan selisih kurs yang
signifikan pada periode sebelumnya. Jika kerugian dan keuntungan tersebut
dikeluarkan dari perhitungan laba rugi (tanpa memperhatikan faktor pajak
penghasilan), maka perusahaan akan mendulang laba bersih yang turun sebesar 20%.
Rasio
GPM meningkat menjadi 21,78% dari 20,93%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar