Analisis Laporan Keuangan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) Q2 2014
Tahunan
Perusahaan mencetak
kenaikan pendapatan
sebesar 10%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 8% sehingga laba kotor melesat sebesar 98%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih
dan pendapatan-beban lain meningkat sebesar 1% sehingga menimbulkan laba sebelum pajak berbanding rugi
sebelum pajak pada periode sebelumnya. Pada akhirnya perusahaan mengalami laba
bersih berbanding rugi bersih pada periode sebelumnya. Perusahaan mengalami
kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode
sebelumnya. Perusahaan juga mengalami kerugian dari instrumen keuangan derivatif berbanding
keuntungan pada periode sebelumnya. Jika kerugian dan keuntungan tersebut
dikeluarkan dari perhitungan laba rugi, maka perusahaan akan mendulang laba
bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berbanding rugi
bersih pada periode sebelumnya. Sayangnya jumlah laba bersih ini tidak cukup
tinggi.
Rasio
GPM mengalami peningkatan menjadi
4,49% dari 2,51%. Perubahan dari rasionya sangat mempengaruhi
perolehan laba kotor perusahaan.
Saldo
aset tetap bertambah sebesar
8%. Dengan adanya penambahan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka
panjang perusahaan.
Hutang
finansial mengalami kenaikan sebesar 19%. Beban keuangan berkurang sebesar 7%.
Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba
bersih.
Pengeluaran
kas untuk investasi meningkat sebesar 258%. Jika dibandingkan dengan jumlah
aset tidak lancar, pengeluaran tersebut setara dengan 20% berbanding 6% pada
periode sebelumnya.
Arus
kas bersih operasi solid dan jauh lebih besar daripada laba bersihnya. Sayangya
jumlah perolehan tersebut belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan kas untuk
investasi sehingga perusahaan masih harus meminjam dari pihak lain.
Kuartalan
Perusahaan mencetak
kenaikan pendapatan
sebesar 2%. Di sisi beban pokok, beban tidak banyak mengalami perubahan sehingga
laba kotor melesat sebesar 72%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih
dan pendapatan-beban lain meningkat sebesar 46% sehingga laba sebelum pajak meningkat sebesar 458%. Pada
akhirnya perusahaan mengalami laba bersih lumayan berbanding laba bersih tipis
pada periode sebelumnya. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang
signifikan pada periode ini dan mendulang keuntungan selisih kurs yang
signifikan pada periode sebelumnya. Jika kerugian dan keuntungan tersebut
dikeluarkan dari perhitungan laba rugi, maka perusahaan akan mendulang laba
bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berbanding rugi
bersih pada periode sebelumnya.
Rasio
GPM meningkat menjadi 5,39% dari 3,21%. Tingkat rasio ini tampaknya sudah cukup baik. Namun sayangnya tidak
didukung dengan efisiensi pada beban lainnya sehingga laba bersih yang
dihasilkan masih belum optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar