Analisis Laporan Keuangan PT Sri Rezeki Isman Tbk (SRIL) Q2
2014
Tahunan
Perusahaan mencetak
kenaikan penjualan
sebesar 31%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 30% sehingga laba kotor meningkat sebesar 37%. Di sisi beban usaha dan pendapatan-beban lain, beban meningkat sebesar 47%
sehingga laba usaha tumbuh sebesar 34%. Di sisi lain, kombinasi dari beban keuangan dan laba-rugi selisih kurs meningkat
sebesar 123% sehingga laba sebelum pajak terkikis sebesar
8%. Pada akhirnya laba bersih turun sebesar 12%. Perusahaan mengalami kerugian
selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode sebelumnya.
Perusahaan menikmati keuntungan lain-lain yang lumayan pada periode ini dan
juga pada periode sebelumnya. Jika disesuaikan, laba bersih yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan naik sebesar 31%.
Rasio
GPM mengembang menjadi 20,38%
dari 19,56%.
Saldo
aset tetap bertambah
sebesar 60%. Penambahan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang
perusahaan.
Hutang
finansial berlipat sebesar 102%. Beban keuangan meningkat sebesar 40%. Beban
keuangan merupakan beban yang
berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.
Kas
bersih yang diterima dari aktivitas operasi mengalami minus yang cukup besar
yang banyak disebabkan oleh naiknya nilai persediaan. Kekurangan kas untuk
aktivitas operasi dan investasi ditutupi sebagian besar dari penerbitan surat
hutang sehingga menyebabkan melambungnya hutang finansial.
Kuartalan
Perusahaan mencetak
penurunan penjualan
sebesar 11%. Di sisi beban pokok, beban berkurang sebesar 15% sehingga laba kotor meningkat sebesar 7%. Di sisi beban usaha dan pendapatan-beban lain, beban meningkat sebesar 9%
sehingga laba usaha tumbuh sebesar 7%. Di sisi lain, kombinasi dari beban keuangan dan laba-rugi selisih kurs meningkat
sebesar 396% sehingga laba sebelum pajak terpangkas sebesar
88%. Pada akhirnya laba bersih turun sebesar 70%. Perusahaan mengalami kerugian
selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan mencatat keuntungan selisih
kurs pada pada periode sebelumnya. Jika disesuaikan, laba bersih yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan naik sebesar 25%.
Rasio
GPM meningkat menjadi 20,64% dari 17,09%.
Penerimaan
kas operasi bersih juga masih mengalami minus. Padahal tidak terjadi kenaikan
pada sisi persediaan. Terjadi kenaikan pada saldo piutang usaha dan uang muka
pembelian yang signifikan. Perusahaan tampaknya harus bekerja lebih baik untuk
menagih piutang usahanya dan melakukan manajemen kas dan piutang usaha yang
lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar