Analisis Laporan Keuangan PT Indika Energy Tbk (INDY) Q2
2014
Tahunan
Perusahaan mencetak
kenaikan pendapatan
sebesar 11%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 22% sehingga laba kotor melorot sebesar 25%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, bagian laba bersih entitas
asosiasi dan pengendalian bersama entitas, amortisasi aset tidak berwujud,
beban keuangan dan pendapatan-beban lain menurun sebesar 8% sehingga menimbulkan rugi sebelum pajak berbanding laba
sebelum pajak pada periode sebelumnya. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi
bersih yang meningkat sebesar 1.035%. Bagian laba untuk kepentingan
non-pengendali yang menurun menyebabkan rugi bersih yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk meningkat sebesar 144%. Perusahaan mengalami
kerugian lain-lain yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode
sebelumnya. Jika kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba rugi
(tanpa memperhatikan kepentingan non-pengendali), maka perusahaan akan mengalami
rugi bersih yang tidak banyak berubah.
Rasio
GPM mengalami penyusutan menjadi
15,98% dari 23,62%. Perubahan dari rasionya sangat mempengaruhi
perolehan laba kotor perusahaan.
Saldo
aset tetap berkurang
sebesar 8%. Saldo investasi pada entitas asosiasi berkurang sebesar 3%.
Hutang
finansial mengalami penurunan sebesar 22%. Beban keuangan bertambah sebesar 14%.
Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.
Arus
kas bersih operasi solid dan jauh lebih besar daripada laba bersihnya.
Laba
perusahaan sebenarnya hanya disumbangkan oleh pendapatan dari bagian laba
bersih entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang sebagian besar
diperoleh dari PT Kideco Jaya Agung.
Laba perusahaan tampaknya banyak tersedot kepada kepentingan non-pengendali. Pada periode sebelumnya perusahaan mengalami kerugian bersih namun bagian untuk kepentingan non-pengendali masih ada labanya sehingga rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk semakin besar.
Kuartalan
Perusahaan mencetak
penurunan pendapatan
sebesar 6%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 23% sehingga menimbulkan rugi kotor berbanding laba kotor. Di
sisi lain, kombinasi
dari beban usaha,
bagian laba bersih entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas,
amortisasi aset tidak berwujud, beban keuangan dan pendapatan-beban lain yang secara
neto menghasilkan pendapatan menyebabkan laba sebelum pajak menurun sebesar 84%.
Pada akhirnya laba bersih turun sebesar 86%. Bagian laba untuk kepentingan
non-pengendali yang menurun menyebabkan laba bersih yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk terpangkas sebesar 95%. Perusahaan mengalami
kerugian lain-lain yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode
sebelumnya. Jika kerugian-kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba
rugi (tanpa memperhatikan kepentingan non-pengendali), maka laba bersih akan
tergerus sebesar 29%.
Rasio
GPM mengalami penyusutan menjadi
-3,35 dari 20,96%. Naik turunnya rasio GPM secara drastis membuat laba kotor
perusahaan sulit diramal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar