Jumat, 12 September 2014

BUDI - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014





Analisis Laporan Keuangan PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) Q2 2014

Tahunan

Perusahaan mencetak kenaikan pendapatan sebesar 26%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 21% sehingga laba kotor melesat  sebesar 76%. Di sisi lain, beban usaha meningkat sebesar 35% sehingga laba usaha bertambah sebesar 141%. Kombinasi dari beban keuangan, laba-rugi selisih kurs, dan lain-lain yang meningkat sebesar 120% menyebabkan laba sebelum pajak meningkat sebesar 194%. Pada akhirnya laba bersih tumbuh sebesar 342% karena pajak penghasilan yang berkurang sebesar 61%. Bagian laba untuk kepentingan non-pengendali yang meningkat sebesar 775% menyebabkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh sebesar 164%. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode sebelumnya. Jika disesuaikan, laba bersih akan bertambah sebesar 179%.

Rasio GPM mengembang menjadi 12,80% dari 9,13%.

Saldo aset tetap bertambah sebesar 4%. Besarnya aset tetap ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan pendapatan jangka panjang perusahaan.

Perusahaan mempunyai hutang finansial yang meningkat sebesar 25%. Beban keuangan bertambah sebesar 27%. Beban keuangan merupakan beban yang  berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

Pengeluaran kas untuk investasi mengalami kenaikan sebesar 104%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar, pengeluaran tersebut setara dengan 22% berbanding 11% pada periode sebelumnya.

Kas neto yang diterima dari aktivitas operasi cukup besar dan lebih tinggi daripada laba bersih. Sayangnya, kas tersebut tampaknya belum mencukupi untuk mendanai aktivitas investasi perusahaan sehingga perusahaan masih harus meminjam dari pihak lain.

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba jika dibandingkan dengan jumlah dana pemegang saham adalah cukup rendah karena rasio ROE hanya sebesar 6% berbanding 2% pada periode  sebelumnya.

Kuartalan

Perusahaan meraih pendapatan stabil Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 3% sehingga laba kotor terpangkas  sebesar 23%. Di sisi lain, beban usaha menyusut sebesar 7% sehingga laba usaha berkurang sebesar 36%. Kombinasi dari beban keuangan, laba-rugi selisih kurs, dan lain-lain yang meningkat pesat menimbulkan rugi sebelum pajak berbanding laba sebelum pajak pada periode sebelumnya. Pada akhirnya rugi bersih meningkat karena pajak penghasilan yang berkurang sebesar 48%. Kemudian perusahaan mengalami rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berbanding laba bersih pada periode sebelumnya. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan mendulang keuntungan selisih kurs yang signifikan pada periode sebelumnya. Jika disesuaikan, perusahaan nyaris tidak beroleh laba bersih dengan penurunan 100%.

Rasio GPM menyusut menjadi 10,81% dari 13,99%. Diharapkan pada periode selanjutnya rasio ini dapat meningkat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar