Minggu, 28 September 2014

INDY - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Indika Energy Tbk (INDY) Q2 2014

Tahunan

Perusahaan mencetak kenaikan pendapatan sebesar 11%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 22% sehingga laba kotor melorot  sebesar 25%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, bagian laba bersih entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas, amortisasi aset tidak berwujud, beban keuangan dan pendapatan-beban lain menurun sebesar 8% sehingga menimbulkan rugi sebelum pajak berbanding laba sebelum pajak pada periode sebelumnya. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih yang meningkat sebesar 1.035%. Bagian laba untuk kepentingan non-pengendali yang menurun menyebabkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat sebesar 144%. Perusahaan mengalami kerugian lain-lain yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode sebelumnya. Jika kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba rugi (tanpa memperhatikan kepentingan non-pengendali), maka perusahaan akan mengalami rugi bersih yang tidak banyak berubah.

Rasio GPM mengalami penyusutan menjadi 15,98% dari 23,62%. Perubahan dari rasionya sangat mempengaruhi perolehan laba kotor perusahaan.

Saldo aset tetap berkurang sebesar 8%. Saldo investasi pada entitas asosiasi berkurang sebesar 3%.

Hutang finansial mengalami penurunan sebesar 22%. Beban keuangan bertambah sebesar 14%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

Arus kas bersih operasi solid dan jauh lebih besar daripada laba bersihnya.

Laba perusahaan sebenarnya hanya disumbangkan oleh pendapatan dari bagian laba bersih entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang sebagian besar diperoleh dari PT Kideco Jaya Agung.

Laba perusahaan tampaknya banyak tersedot kepada kepentingan non-pengendali. Pada periode sebelumnya perusahaan mengalami kerugian bersih namun bagian untuk kepentingan non-pengendali masih ada labanya sehingga rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk semakin besar.
 
Kuartalan

Perusahaan mencetak penurunan pendapatan sebesar 6%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 23% sehingga menimbulkan rugi kotor berbanding laba kotor. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, bagian laba bersih entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas, amortisasi aset tidak berwujud, beban keuangan dan pendapatan-beban lain yang secara neto menghasilkan pendapatan menyebabkan laba sebelum pajak menurun sebesar 84%. Pada akhirnya laba bersih turun sebesar 86%. Bagian laba untuk kepentingan non-pengendali yang menurun menyebabkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk terpangkas sebesar 95%. Perusahaan mengalami kerugian lain-lain yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode sebelumnya. Jika kerugian-kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba rugi (tanpa memperhatikan kepentingan non-pengendali), maka laba bersih akan tergerus sebesar 29%.

Rasio GPM mengalami penyusutan menjadi -3,35 dari 20,96%.  Naik turunnya rasio GPM secara drastis membuat laba kotor perusahaan sulit diramal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar