Selasa, 23 September 2014

TPIA - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014



Analisis Laporan Keuangan PT Chandra Asri  Petrochemical Tbk (TPIA) Q2 2014

Tahunan

Perusahaan mencetak kenaikan pendapatan sebesar 10%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 8% sehingga laba kotor melesat  sebesar 98%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih dan pendapatan-beban lain meningkat sebesar 1% sehingga menimbulkan laba sebelum pajak berbanding rugi sebelum pajak pada periode sebelumnya. Pada akhirnya perusahaan mengalami laba bersih berbanding rugi bersih pada periode sebelumnya. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode sebelumnya. Perusahaan juga mengalami kerugian  dari instrumen keuangan derivatif berbanding keuntungan pada periode sebelumnya. Jika kerugian dan keuntungan tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba rugi, maka perusahaan akan mendulang laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berbanding rugi bersih pada periode sebelumnya. Sayangnya jumlah laba bersih ini tidak cukup tinggi.

Rasio GPM mengalami peningkatan menjadi 4,49% dari 2,51%. Perubahan dari rasionya sangat mempengaruhi perolehan laba kotor perusahaan.

Saldo aset tetap bertambah sebesar 8%. Dengan adanya penambahan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial mengalami kenaikan sebesar 19%. Beban keuangan berkurang sebesar 7%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

Pengeluaran kas untuk investasi meningkat sebesar 258%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar, pengeluaran tersebut setara dengan 20% berbanding 6% pada periode sebelumnya.

Arus kas bersih operasi solid dan jauh lebih besar daripada laba bersihnya. Sayangya jumlah perolehan tersebut belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan kas untuk investasi sehingga perusahaan masih harus meminjam dari pihak lain.

Kuartalan

Perusahaan mencetak kenaikan pendapatan sebesar 2%. Di sisi beban pokok, beban tidak banyak mengalami perubahan sehingga laba kotor melesat  sebesar 72%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih dan pendapatan-beban lain meningkat sebesar 46% sehingga laba sebelum pajak meningkat sebesar 458%. Pada akhirnya perusahaan mengalami laba bersih lumayan berbanding laba bersih tipis pada periode sebelumnya. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan mendulang keuntungan selisih kurs yang signifikan pada periode sebelumnya. Jika kerugian dan keuntungan tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba rugi, maka perusahaan akan mendulang laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berbanding rugi bersih pada periode sebelumnya.

Rasio GPM meningkat menjadi 5,39% dari 3,21%. Tingkat rasio ini tampaknya sudah cukup baik. Namun sayangnya tidak didukung dengan efisiensi pada beban lainnya sehingga laba bersih yang dihasilkan masih belum optimal. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar