Sabtu, 20 September 2014

MLIA - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) Q2 2014

Tahunan

Perusahaan mencetak kenaikan penjualan sebesar 13%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 12% sehingga laba kotor meningkat  sebesar 15%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih dan pendapatan-beban lain meningkat sebesar 49% sehingga menimbulkan rugi sebelum pajak berbanding laba sebelum pajak pada periode sebelumnya. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih berbanding laba bersih pada periode sebelumnya. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode sebelumnya. Perusahaan juga memperoleh keuntungan dari penghapusan hutang bunga yang signifikan pada periode ini. Jika kerugian dan keuntungan tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba rugi (tanpa memperhatikan faktor pajak penghasilan), maka perusahaan akan mendulang laba bersih yang turun sebesar 39%.

Rasio GPM mengalami peningkatan sedikit menjadi 22,41% dari 22,04%.

Saldo aset tetap bertambah sebesar 9%. Dengan adanya penambahan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial mengalami kenaikan sebesar 5%. Beban keuangan bertambah sebesar 37%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

Hutang perusahaan cukup tinggi. Jika dibandingkan antara hutang finansial dengan jumlah ekuitas, maka rasionya adalah sebesar 275% berbanding 315% pada periode sebelumnya.

Pengeluaran kas untuk investasi menyusut sebesar 22%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar, pengeluaran tersebut setara dengan 6% berbanding 9% pada periode sebelumnya.

Arus kas bersih operasi sangat solid dan jauh lebih besar daripada laba bersihnya. Perusahaan terlihat masih cukup mampu untuk melunasi hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo maupun mendanai pengeluaran investasi dari arus kas operasinya.

Kuartalan

Perusahaan mencetak penurunan penjualan sebesar 3%. Di sisi beban pokok, beban berkurang sebesar 4% sehingga laba kotor meningkat  sebesar 1%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih dan pendapatan-beban lain meningkat signifikan menghasilkan beban neto berbanding pendapatan neto pada periode sebelumnya sehingga perusahaan mengalami rugi sebelum pajak berbanding laba sebelum pajak pada periode sebelumnya. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih berbanding laba bersih pada periode sebelumnya. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan memperoleh keuntungan selisih kurs yang signifikan pada periode sebelumnya. Jika kerugian dan keuntungan tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba rugi (tanpa memperhatikan faktor pajak penghasilan), maka perusahaan akan mendulang laba bersih yang turun sebesar 20%.

Rasio GPM meningkat menjadi 21,78% dari 20,93%.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar