Kamis, 18 September 2014

META - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) Q2 2014

Tahunan

Perusahaan mencetak peningkatan pendapatan yang signifikan sebesar 88%. Peningkatan ini sebagian besar disumbangkan dari peningkatan pendapatan jasa tol ruas Pondok Ranji-Pondok Aren dan pendapatan sewa menara telekomunikasi. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 141% sehingga laba kotor meningkat  sebesar 58%. Di sisi lain, beban usaha meningkat sebesar 58% sehingga laba usaha tumbuh sebesar 59%. Kombinasi dari beban keuangan, kenaikan nilai wajar properti investasi dan lain-lain yang menghasikan pendapatan secara neto berbanding beban neto pada periode sebelumnya menyebabkan laba sebelum pajak melesat sebesar 216%. Pada akhirnya laba bersih mengembang sebesar 161% karena pajak penghasilan yang bertambah sebesar 634%. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk kemudian meningkat sebesar 101%. Jika disesuaikan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan naik sebesar 102%.

Laba perusahaan banyak disumbang dari kenaikan nilai wajar properti investasi yang pada periode sebelumnya belum ada.

Rasio GPM menyusut  menjadi 54,40% dari 64,52%. Penurunan ini tampaknya banyak disumbangkan oleh turunnya pendapatan dari dua ruas tol di Makassar.

Perusahaan mulai mencatat adanya properti investasi berupa menara telekomunikasi yang pada periode sebelumnya belum ada.

Saldo aset tetap bertambah sebesar 120%. Peningkatan ini tentunya diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Saldo aset tidak berwujud berupa hak pengelolaan jalan tol mengalami penyusutan sebesar 2%.

Perusahaan mempunyai hutang finansial yang bertambah sebesar 83%. Namun beban keuangan menurun sebesar 38%. Beban keuangan merupakan beban yang  berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.


Kuartalan

Perusahaan mencetak peningkatan pendapatan sebesar 38%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 7% sehingga laba kotor meningkat  sebesar 54%. Di sisi lain, beban usaha meningkat sebesar 10% sehingga laba usaha melesat sebesar 106%. Kombinasi dari beban keuangan, kenaikan nilai wajar properti investasi dan lain-lain yang menghasikan pendapatan secara neto berbanding beban neto pada periode sebelumnya menyebabkan laba sebelum pajak melesat sebesar 159%. Pada akhirnya laba bersih mengembang sebesar 120% karena pajak penghasilan yang bertambah sebesar 440%. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk kemudian meningkat sebesar 119%. Jika disesuaikan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan naik sebesar 106%.

Laba perusahaan banyak disumbang dari kenaikan nilai wajar properti investasi yang pada periode sebelumnya belum ada.

Rasio GPM meningkat menjadi 73,86% dari 66,22%.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar