Analisis Laporan Keuangan PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO)
Q3 2014
Tahunan (TTM)
Penjualan
meningkat sebesar 24%.
Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 23% sehingga laba kotor mengembang sebesar 29%. Di sisi lain, beban usaha,
pendapatan-beban operasi lain bertambah sebesar 96% sehingga menimbulkan rugi
usaha berbanding laba usaha. Kombinasi dari beban keuangan, amortisasi obligasi
dan laba-rugi selisih kurs obligasi dan pendapatan lain secara neto menimbulkan
pendapatan berbanding beban pada periode sebelumnya, sehingga memunculkan laba sebelum pajak berbanding
rugi sebelum pajak.
Pada
akhirnya perusahaan meraih laba bersih berbanding rugi bersih.
Perusahaan
meraih pendapatan lain-lain yang sangat besar sehubungan dengan pengakhiran
obligasi awal pada periode ini. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang
signifikan pada periode dan juga periode sebelumnya. Jika pendapatan dan
kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba-rugi (tanpa memperhitungkan
faktor pajak penghasilan), maka akan menimbulkan rugi bersih yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang tercatat menurun sebesar 51%.
Rasio
GPM meningkat menjadi 15,40%
dari 14,82%.
Saldo
aset tetap berkurang sebesar
5%.
Hutang
finansial berkurang sebesar 21%. Beban keuangan (di luar dari beban amortisasi
obligasi) meningkat sebesar 124%. Beban keuangan sangat mempengaruhi laba
bersih perusahaan.
Hutang
finansial sebagian besar terdiri dari hutang obligasi berdenominasi US$ sebesar
199.952.447. Tingkat bunga yang dikenakan adalah sebesar 2% sampai dengan 31
Desember 2014. Sebesar 4% sampai dengan 31 Desember 2017 dan sebesar 6% sampai
dengan 31 Desember 2018. Selanjutnya sebesar 8% sampai dengan 31 Desember 2020.
Sepanjang
tahun selama 9M 2014, beban bunga obligasi adalah sebesar Rp 58 miliar
berbanding Rp 49 miliar selama 9M 2013. Pada tahun depan tentunya akan ada
kenaikan besar beban bunga obligasi.
Dari
sisi cash flow kita belum melihat adanya arus kas yang kuat karena pada periode
ini kas operasi bersih tercatat masih minus besar. Kebutuhan kas perusahaan
untuk operasi dan investasi ditutup dari penambahan hutang bank. Selama 9M 2014
beban bunga bank meningkat menjadi Rp 103 miliar dari Rp 42 miliar selama
periode 9M 2013.
Kuartalan (Q3 2014 vs Q2 2014)
Penjualan
meningkat sebesar 17%.
Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 15% sehingga laba kotor mengembang sebesar 23%. Di sisi lain, beban usaha,
pendapatan-beban operasi lain bertambah sebesar 7% sehingga laba usaha melesat
sebesar 203%. Kombinasi dari beban keuangan, amortisasi obligasi dan laba-rugi
selisih kurs obligasi dan pendapatan lain secara neto menimbulkan beban
tercatat turun sebesar 28%, sehingga menimbulkan
rugi sebelum pajak yang tercatat turun sebesar 58%.
Pada
akhirnya perusahaan menderita rugi bersih yang menurun sebesar 56%.
Perusahaan
mengalami kerugian selisih kurs dan pendapatan-beban lain yang signifikan pada
periode ini dan periode sebelumnya. Jika kerugian-kerugian tersebut dikeluarkan
dari perhitungan laba-rugi (tanpa memperhitungkan faktor pajak penghasilan),
maka akan menimbulkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk yang tercatat menurun sebesar 75%.
Rasio
GPM meningkat menjadi 15,69%
dari 14,85%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar