Sabtu, 22 November 2014

CPRO - Analisis Laporan Keuangan Q3 2014



Analisis Laporan Keuangan PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) Q3 2014


Tahunan (TTM)

Penjualan meningkat sebesar 24%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 23% sehingga laba kotor mengembang sebesar 29%. Di sisi lain, beban usaha, pendapatan-beban operasi lain bertambah sebesar 96% sehingga menimbulkan rugi usaha berbanding laba usaha. Kombinasi dari beban keuangan, amortisasi obligasi dan laba-rugi selisih kurs obligasi dan pendapatan lain secara neto menimbulkan pendapatan berbanding beban pada periode sebelumnya,  sehingga memunculkan laba sebelum pajak berbanding rugi sebelum pajak.

Pada akhirnya perusahaan meraih laba bersih berbanding rugi bersih.

Perusahaan meraih pendapatan lain-lain yang sangat besar sehubungan dengan pengakhiran obligasi awal pada periode ini. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode dan juga periode sebelumnya. Jika pendapatan dan kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba-rugi (tanpa memperhitungkan faktor pajak penghasilan), maka akan menimbulkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang tercatat menurun sebesar 51%.

Rasio GPM meningkat menjadi 15,40% dari 14,82%.

Saldo aset tetap berkurang sebesar 5%.

Hutang finansial berkurang sebesar 21%. Beban keuangan (di luar dari beban amortisasi obligasi) meningkat sebesar 124%. Beban keuangan sangat mempengaruhi laba bersih perusahaan.

Hutang finansial sebagian besar terdiri dari hutang obligasi berdenominasi US$ sebesar 199.952.447. Tingkat bunga yang dikenakan adalah sebesar 2% sampai dengan 31 Desember 2014. Sebesar 4% sampai dengan 31 Desember 2017 dan sebesar 6% sampai dengan 31 Desember 2018. Selanjutnya sebesar 8% sampai dengan 31 Desember 2020.

Sepanjang tahun selama 9M 2014, beban bunga obligasi adalah sebesar Rp 58 miliar berbanding Rp 49 miliar selama 9M 2013. Pada tahun depan tentunya akan ada kenaikan besar beban bunga obligasi.

Dari sisi cash flow kita belum melihat adanya arus kas yang kuat karena pada periode ini kas operasi bersih tercatat masih minus besar. Kebutuhan kas perusahaan untuk operasi dan investasi ditutup dari penambahan hutang bank. Selama 9M 2014 beban bunga bank meningkat menjadi Rp 103 miliar dari Rp 42 miliar selama periode 9M 2013.

Kuartalan (Q3 2014 vs Q2 2014)

Penjualan meningkat sebesar 17%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 15% sehingga laba kotor mengembang sebesar 23%. Di sisi lain, beban usaha, pendapatan-beban operasi lain bertambah sebesar 7% sehingga laba usaha melesat sebesar 203%. Kombinasi dari beban keuangan, amortisasi obligasi dan laba-rugi selisih kurs obligasi dan pendapatan lain secara neto menimbulkan beban tercatat turun sebesar 28%,  sehingga menimbulkan rugi sebelum pajak yang tercatat turun sebesar 58%.

Pada akhirnya perusahaan menderita rugi bersih yang menurun sebesar 56%.

Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs dan pendapatan-beban lain yang signifikan pada periode ini dan periode sebelumnya. Jika kerugian-kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba-rugi (tanpa memperhitungkan faktor pajak penghasilan), maka akan menimbulkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang tercatat menurun sebesar 75%.

Rasio GPM meningkat menjadi 15,69% dari 14,85%.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar