Analisis Laporan Keuangan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)
Q3 2014
Tahunan (TTM)
Penjualan
mengalami peningkatan sebesar 39%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar
24% sehingga laba kotor melesat sebesar 77%. Di sisi lain, beban usaha, laba-rugi
selisih kurs, pendapatan dan beban lain meningkat sebesar 32% sehingga laba
usaha melejit sebesar 120%. Laba sebelum pajak melambung sebesar 249%
dikarenakan beban keuangan yang meningkat sebesar 4%.
Laba
bersih kemudian berlipat sebesar 238% dengan
beban pajak penghasilan yang meningkat sebesar 284%. Laba bersih yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik sebesar 256%.
Jika
disesuaikan, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk akan meningkat sebesar 185%.
Rasio
GPM mengembang menjadi
34,94% dari 27,27%.
Pendapatan
perusahaan berasal dari dua segmen, yaitu segmen industri kelapa sawit dan
industri perkayuan. Segmen industri kelapa sawit yang mengambil porsi sebesar
72% (berbanding 61%) mencatat pertumbuhan sebesar 65% sedangkan segmen
perkayuan menyusut sebesar 2%. Hasil segmen (laba kotor) industri kelapa sawit meyumbang
porsi sebesar 92% (berbanding 80%) dengan pertumbuhan sebesar 104% sedangkan
segmen perkayuan menurun sebesar 31%.
Saldo
tanaman perkebunan tumbuh sebesar 15%. Aset tetap meningkat sebesar 14%.
Hutang
finansial bertambah sebesar 13%. Beban keuangan meningkat sebesar 15%. Beban
keuangan merupakan beban yang berpengaruh besar terhadap laba bersih.
Kuartalan (Q3 2014 vs Q2 2014)
Penjualan
mengalami penurunan sebesar 12%. Di sisi beban pokok, beban berkurang sebesar 8%
sehingga laba kotor terpangkas sebesar 19%. Di sisi lain, beban usaha,
laba-rugi selisih kurs, pendapatan dan beban lain meningkat sebesar 5% sehingga laba usaha menyusut sebesar 28%. Laba sebelum pajak turun sebesar 26%
dikarenakan pendapatan keuangan yang menyusut sebesar 35%.
Laba
bersih kemudian terperosok sebesar 29%
dengan beban pajak penghasilan yang menurun sebesar 14%. Laba bersih
yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk terpangkas sebesar 27%.
Jika
disesuaikan, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk akan melorot sebesar 28%.
Rasio
GPM menyusut menjadi
35,26% dari 38,12%.
Pendapatan
dari segmen industri kelapa sawit mengalami penurunan sebesar 8% dan segmen
industri perkayuan menyusut sebesar 24%. Hasil segmen (laba kotor) industri
kelapa sawit terpangkas sebesar 14% dan industri perkayuan merosot sebesar 68%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar