Analisis Laporan Keuangan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
Q3 2014
Tahunan (TTM)
Pendapatan
mengalami peningkatan sebesar 5%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 19% sehingga laba kotor merosot sebesar
24%. Di sisi lain, beban usaha dan pendapatan-beban lain berkurang
sebesar 6% sehingga
laba usaha terpangkas sebesar 31%. Laba sebelum pajak melorot sebesar 23% dikarenakan
kombinasi dari pendapatan-beban keuangan dan bagian laba entitas asosiasi yang
secara neto menimbulkan pendapatan daripada beban pada periode sebelumnya.
Laba
bersih kemudian menyusut sebesar 26% dengan beban pajak penghasilan yang berkurang
sebesar 26%. Pada akhirnya laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun sebesar 33%
dikarenakan bagian laba untuk kepentingan non-pengendali yang naik sebesar 57%.
Jika
laba bersih disesuaikan dari keuntungan dan kerugian kurs (tanpa
memperhitungkan kepentingan non-pengendali), maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk akan turun sebesar 49%.
Rasio
GPM menyusut menjadi 23,30% dari 32,15%.
Saldo
persediaan menyusut sebesar 20%. Investasi
pada pengendalian bersama entitas bertambah sebesar 107%. Properti investasi
tumbuh sebesar 46%. Aset tetap naik sebesar 7%. Besarnya saldo-saldo tersebut
diharapkan dapat menopang pertumbuhan pendapatan jangka panjang perusahaan.
Saldo
uang muka pelanggan merosot sebesar 40%.
Kas
masuk dari pelanggan menurun sebesar 5%.
Jika dibandingkan dengan angka pendapatan, angka tersebut setara dengan
94% berbanding 104% pada periode
sebelumnya.
Hutang
finansial perusahaan meningkat sebesar 15%. Beban keuangan berkurang sebesar
13%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh besar terhadap laba
bersih.
Laba
perusahaan banyak disumbang dari bagian laba entitas asosiasi dan pengendalian
bersama entitas yang meningkat pesat sebesar 2.892%.
Kuartalan (Q3 2014 vs Q2 2014)
Pendapatan
mengalami penurunan sebesar 15%. Di sisi beban pokok, beban turun sebesar 8% sehingga laba kotor merosot sebesar
34%. Di sisi lain, beban usaha dan pendapatan-beban lain bertambah
sebesar 24% sehingga
laba usaha terpangkas sebesar 60%. Laba sebelum pajak melorot sebesar 61% dikarenakan
kombinasi dari pendapatan-beban keuangan dan bagian laba entitas asosiasi yang
secara neto menimbulkan pendapatan dengan penurunan sebesar 79%.
Laba
bersih kemudian menyusut sebesar 71% dengan beban pajak penghasilan yang berkurang
sebesar 16%. Pada akhirnya laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun sebesar 78%
dikarenakan bagian laba untuk kepentingan non-pengendali yang turun sebesar 31%.
Jika
laba bersih disesuaikan dari keuntungan selisih kurs (tanpa memperhitungkan
kepentingan non-pengendali), maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk akan turun sebesar 79%.
Rasio
GPM menyusut menjadi 20,75% dari 26,76%.
Laba
perusahaan banyak disumbang dari bagian laba entitas asosiasi dan pengendalian
bersama entitas yang merosot sebesar 30%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar