Analisis Laporan Keuangan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
Q3 2014
Tahunan (TTM)
Penjualan
mengalami peningkatan sebesar 10%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar
9% sehingga laba kotor meningkat sebesar 17%. Laba ventura bersama menurun
sebesar 5% sehingga laba kotor setelah laba ventura bersama naik sebesar 13%. Di
sisi lain beban usaha meningkat sebesar 18%
sehingga laba usaha tumbuh sebesar 12%. Laba sebelum pajak meningkat
sebesar 2% dikarenakan kombinasi dari beban keuangan, beban penurunan nilai
piutang, laba-rugi selisih, bagian laba bersih entitas asosiasi dan lain-lain
yang meningkat sebesar 106%.
Laba
bersih kemudian mengembang sebesar 3% dikarenakan
beban pajak penghasilan yang meningkat sebesar 1%. Pada akhirnya laba bersih
yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tidak banyak mengalami
perubahan.
Perusahaan
mengalami kerugian selisih kurs pada periode ini dan pada periode sebelumnya. Jika
disesuaikan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
akan turun sebesar 2%
Rasio
GPM meningkat menjadi
11,27% dari 10,58%.
Saldo
aset tetap meningkat sebesar 55%. Besarnya aset tetap diharapkan dapat menopang pertumbuhan
pendapatan jangka panjang perusahaan.
Hutang
finansial meningkat sebesar 36%. Beban keuangan meningkat signifikan. Beban
keuangan merupakan beban yang berpengaruh besar terhadap laba bersih.
Kuartalan (Q3 2014 vs Q2 2014)
Penjualan
mengalami penurunan sebesar 10%. Di sisi beban pokok, beban berkurang sebesar 8% sehingga laba kotor terpangkas sebesar 23%. Laba ventura bersama meningkat
sebesar 67% sehingga laba kotor setelah laba ventura bersama turun sebesar 13%.
Di sisi lain beban usaha meningkat sebesar 13%
sehingga laba usaha terpuruk sebesar 21%. Laba sebelum pajak merosot sebesar
17% dikarenakan kombinasi dari beban keuangan, beban penurunan nilai piutang,
laba-rugi selisih, bagian laba bersih entitas asosiasi dan lain-lain yang berkurang
sebesar 43%.
Laba
bersih kemudian menyusut sebesar 17% dikarenakan
beban pajak penghasilan yang menurun sebesar 16%. Pada akhirnya laba bersih
yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik sebesar 3%
dikarenakan bagian laba untuk kepentingan non-pengendali yang berkurang sebesar
63%.
Perusahaan
mengalami kerugian selisih kurs pada periode ini dan pada periode sebelumnya. Jika
disesuaikan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
akan turun sebesar 6%
Rasio
GPM menyusut menjadi
9,84% dari 11,53%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar