Sabtu, 01 November 2014

WIKA - Analisis Laporan Keuangan Q3 2014



Analisis Laporan Keuangan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) Q3 2014


Tahunan (TTM)

Penjualan mengalami peningkatan sebesar 10%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 9% sehingga laba kotor meningkat sebesar 17%. Laba ventura bersama menurun sebesar 5% sehingga laba kotor setelah laba ventura bersama naik sebesar 13%. Di sisi lain beban usaha meningkat sebesar 18%  sehingga laba usaha tumbuh sebesar 12%. Laba sebelum pajak meningkat sebesar 2% dikarenakan kombinasi dari beban keuangan, beban penurunan nilai piutang, laba-rugi selisih, bagian laba bersih entitas asosiasi dan lain-lain yang meningkat sebesar 106%.

Laba bersih kemudian mengembang sebesar 3%  dikarenakan beban pajak penghasilan yang meningkat sebesar 1%. Pada akhirnya laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tidak banyak mengalami perubahan.

Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs pada periode ini dan pada periode sebelumnya. Jika disesuaikan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan turun sebesar 2%

Rasio GPM meningkat menjadi 11,27% dari 10,58%.

Saldo aset tetap meningkat sebesar 55%.  Besarnya aset tetap diharapkan dapat menopang pertumbuhan pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial meningkat sebesar 36%. Beban keuangan meningkat signifikan. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh besar terhadap laba bersih.

Kuartalan (Q3 2014 vs Q2 2014)

Penjualan mengalami penurunan sebesar 10%. Di sisi beban pokok, beban berkurang sebesar 8% sehingga laba kotor terpangkas sebesar 23%. Laba ventura bersama meningkat sebesar 67% sehingga laba kotor setelah laba ventura bersama turun sebesar 13%. Di sisi lain beban usaha meningkat sebesar 13%  sehingga laba usaha terpuruk sebesar 21%. Laba sebelum pajak merosot sebesar 17% dikarenakan kombinasi dari beban keuangan, beban penurunan nilai piutang, laba-rugi selisih, bagian laba bersih entitas asosiasi dan lain-lain yang berkurang sebesar 43%.

Laba bersih kemudian menyusut sebesar 17%  dikarenakan beban pajak penghasilan yang menurun sebesar 16%. Pada akhirnya laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik sebesar 3% dikarenakan bagian laba untuk kepentingan non-pengendali yang berkurang sebesar 63%.

Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs pada periode ini dan pada periode sebelumnya. Jika disesuaikan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan turun sebesar 6%

Rasio GPM menyusut menjadi 9,84% dari 11,53%.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar